Jumat, 29 Agustus 2008

Hati-hati Kaum Muda

Hati-Hati Kaum Muda!
Suami-Istri Usia di Atas 25 Tahun Rawan Terkena Jantung
Kapanlagi.com - Berdasarkan survei Departemen Kesehatan (Depkes) sebanyak 0,3% pasangan suami-isteri usia di atas 25 tahun mengidap penyakit jantung dan stroke, kata Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, dr. Farid Hasan.

"Meskipun angka yang tercatat masih kecil tidak mengurangi program Depkes untuk meningkatkan penanganan kedua penyakit itu, bahkan di berbagai rumah sakit provinsi telah tersedia pusat pelayanan khusus jantung dan stroke," katanya saat meresmikan Gedung Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah serta Gedung Pelayanan Instalasi Gariatri Paviliun Lanjut Usia Prof. R. Boedhi Darmojo, di Semarang, Kamis (14/09).

Menurut dia, bertambahnya penyakit


tidak menular di masyarakat seperti jantung, stroke, hipertensi, dan kanker banyak dipengaruhi gaya hidup yang salah dan tidak memperhatikan risiko kesehatan yang ditimbulkan.

Hasil survei lainnya terhadap suami-istri usia di atas 25 tahun adalah sebanyak 27% pria dan 29% perempuan menderita hipertensi, sedangkan sebanyak 1,5% menderita diabetes.

Dia mengatakan, meskipun rumah sakit (RS) telah dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai agar tidak melupakan fungsi sosialnya dan manajemen rumah sakit harus memperhatikan pasien dari warga tidak mampu.

Direktur Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang (RSDK), dr. Budi Riyanto mengatakan, RSDK Semarang selama ini telah memperhatikan fungsi sosial. Contohnya sejumlah pasien yang menderita penyakit jantung dari warga tidak mampu telah mendapat pelayanan gratis.

Sebanyak dua gedung yang baru diresmikan meliputi untuk instalasi gariatri seluas 2.000 m2, sedangkan gedung jatung dan pembuluh darah seluas 2.700 m2. Anggaran pembangunan kedua gedung sebesar Rp18,5 miliar berasal dari APBN dan APBD Jateng. (*/lpk)
Kapanlagi.com - Wanita yang memiliki suami seorang perokok harus lebih hati-hati, karena dari hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) serangan penderita jantung koroner yang diidap oleh seorang wanita 30 persen berasal dari seorang suami yang perokok.

Ketua YJI Pusat, Nerry Aulia di Banjarmasin, Selasa mengatakan saat ini serangan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah pada wanita 18 kali lebih rentan dibandingkan dengan serangan kangker payudara yang sebelumnya menjadi momok yang menakutkan bagi setiap wanita.

Dari data tahun 2004 menyebutkan 91% pria di Indonesia adalah perokok dan 60% diantaranya merokok di dalam rumah.

Kemudian dari data tersebut dikembangkan dan dilakukan penelitian di dalam rumah tangga yang menghasilkan, 30% perokok pasip atau istri yang hanya mencium asap rokok suaminya, dinyatakan positif menderita jantung koroner.

Sehingga pada perkembangannya, serangan jantung pada wanita ini menjadi trend penyakit yang harus mendapatkan perhatian yang jauh lebih serius, dan perlu diwaspadai terutama bagi ibu-ibu yang sedang hamil.

Kendati belum ada data terbaru tentang jumlah perokok di Indonesia, namun diyakini jumlah ini akan semakin bertambah cukup pesat dalam setiap tahunnya, yang berarti juga semakin besar pula kemungkinan bagi para wanita untuk ikut menderita penyakit mematikan tersebut.

Ketua YJI Pusat datang ke Banjarmasin dalam rangka talk show tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama jantung, bekerjasama dengan pengurus PKK Kalimantan Selatan di Maghligai Pancasila.

Dengan adanya talk show tersebut diharapkan ibu-ibu terutama yang memiliki suami seorang perokok dapat lebih hati-hati, dan diharapkan akan mampu sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaan merokok.

Sementara itu, dr Adi Putra sepesialis jantung mengungkapkan, penderita jantung koroner bisanya memiliki tanda-tanda seperti layaknya orang yang mengidap penyakit asma atau sesak napas biasa.

"Tidak ada tanda-tanda yang istimewa bagi pengidap penyakit jantung koroner, yaitu nyeri dada, sesak napas, mual dan lainnya, seperti layaknya penderita asma dan penyakit sesak napas," katanya.

Sehingga bila ada ibu-ibu yang mengalami gejala seperti tersebut diatas, sebaiknya langsung memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat, karena siapa tahu penyakit yang dikiranya sesak napas biasa ternyata adalah jantung koroner yang mematikan.

Hingga kini belum terdapat data pasti tentang jumlah penderita jantung koroner di Kalimantan Selatan, namun informasi dari beberapa rumah sakit, penderita jantung yang di rawat seperti di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin, dalam setiap tahunnya terus bertambah. (*/lpk)
99% Kematian Akibat Denyut Jantung Terlalu Cepat
Kapanlagi.com - Sebagian besar kasus kematian mendadak pada seseorang disebabkan denyut jantung yang terlalu cepat atau serangan jantung koroner, kata dokter spesialis jantung RS Mitra Keluarga (RSMK) Kelapa Gading Jakarta dr Yoga Yuniadi, SpJP.

"Data di Amerika Serikat (AS) bahwa 90% kasus kamatian mendadak disebabkan serangan denyut jantung yang cepat pada seseorang yang melebihi 100 kali per menit," katanya menjawab pers di Jakarta, Sabtu sore.

Seusai acara pembukaan "Jakarta Heart dan Vascular Center (JHVC)" RSMK Kelapa Gading di Jakarta Utara itu, Yoga mengatakan, kasus kematian mendadak di Indonesia juga diperkirakan sebagian besar disebabkan denyut jantung yang cepat.

"Denyut jantung yang normal yakni 60-100 kali setiap menit, sedang denyut jantung lambat kurang dari 60 kali per menit dan yang cepat lebih dari 100 kali per menit," katanya.

Dia memberikan contoh, kasus meninggalnya pilot sebuah maskapai swasta setelah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (5/9) diduga akibat tekanan denyut jantung cepat.

Menurut ahli jantung yang menempuh pendidikan S-2 di Taiwan itu, seseorang termasuk profesi berkonsentrasi tinggi seperti pilot, masinis, pengemudi, operator mesin perlu melakukan pemeriksaan rutin (medical chek up) jantung, sehingga dapat diketahui besaran denyut jantung. Terapi untuk menormalkan denyut jantung cepat, yakni dengan memasang alat EPS di bawah kulit seseorang, untuk memutus sumber gangguan dengan memanfaatkan gelombang frekuensi radio, sehingga penderita bebas dari gangguan denyut jantung. Sedangkan, untuk gangguan denyut jantung lemah, perlu dipasang alat pacu jantung permanen untuk menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung.

Ahli jantung RSMK yang juga alumni Universitas Leiden, Belanda dr Utojo Lubiantoro, SpJP menambahkan, selain pemeriksaan rutin, seseorang perlu diet untuk mempertahakan denyut jantung normal, seperti mengendalikan tekanan darah, berat badan, tidak merokok dan meminum alkohol, berolah raga teratur serta mengurangi makanan berlemak.

Sementara itu, ahli jantung RSMK yang juga alumni FKUI Jakarta dr A Sari Mumpuni, SpJP mengatakan, penyebab sakit jantung tidak hanya dari pembuluh darah (koroner), tapi juga dari otot dan selaput jantung, jantung bawaan dari kecil (keturunan), akibat organ lain seperti sakit paru dan kencing manis, sehingga pemeriksaan rutin sangat diperlukan untuk deteksi dini.

Data Depkes menyebutkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pasien di rumah sakit atau angkanya mencapai 35 setiap 100 ribu penduduk Indonesia yang diduga sebagian besar pasien jantung berobat ke rumah sakit pada stadium lanjut.

Managing director RSMK Kelapa Gading, Rustiyan Oen menegaskan, pendirian pusat jantung dan pembuluh darah (JHVC) RSMK Kelapa Gading sebagai pusat rujukan jantung ketiga di Jakarta itu dimaksudkan sebagai rujukan pelayanan kesehatan jantung secara paripurna dan mutakhir, sehingga pasien tidak perlu berobat ke luar negeri. (*/rit)



0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com