Jumat, 29 Agustus 2008

Stroke Mengancam Usia Muda

Cetak E-mail
Sunday, 28 October 2007
Gaya hidup tidak sehat membuat mereka yang berusia muda, yaitu antara 18-45 tahun, semakin berisiko terkena stroke. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi makanan berlemak meningkatkan risiko stroke di kalangan ini.

Stroke adalah gangguan fungsi otak karena pasokan darah ke otak terganggu. Gangguan pasokan darah ini bisa menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Dulu stroke banyak ditemukan pada orang lanjut usia. Namun, seiring dengan perubahan gaya hidup, terutama masyarakat di kota besar, stroke cenderung mulai menyerang usia muda atau kelompok usia produktif.

Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia


seperti diungkapkan Yayasan Stroke Indonesia (www.yastroki.or.id), angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara kasar, setiap hari dua orang Indonesia terkena stroke.

Meski banyak menimpa usia tua, stroke di usia muda harus diwaspadai. Situs Yayasan Stroke Indonesia, menyebutkan ada kecenderungan stroke menyerang usia muda meski situs ini tidak menyebutkan berapa jumlah penderita stroke di usia muda.

Menurut dokter konsultan pembuluh darah otak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salim Harris, stroke bisa dibedakan menjadi dua, yaitu stroke perdarahan dan stroke sumbatan.
Stroke perdarahan paling banyak disebabkan oleh hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti aneurisma (pembuluh darah menipis). Tercatat 80 persen stroke perdarahan disebabkan karena hipertensi, sedangkan 20 persen disebabkan kelainan pembuluh darah.

Salim mengatakan, stroke perdarahan terjadi karena ketidakstabilan pada pembuluh darah. Lonjakan tekanan darah akan membentur pembuluh darah yang paling tipis hingga pecah dan terjadi perdarahan.

Penggunaan obat-obatan amfetamin dan konsumsi alkohol memicu terjadinya stroke perdarahan. Stroke perdarahan bisa terjadi baik di dalam otak maupun di dalam kantong otak.

"Orang yang memakai amfetamin jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. Apabila ada pembuluh darah di otak yang menipis seperti aneurisma, maka pembuluh darah itu spontan bisa pecah," kata Salim.

Menurut penelitian di kalangan kesehatan, populasi laki-laki terkena stroke lebih banyak daripada perempuan, tetapi selisihnya tidak jauh berbeda. Sebagai gambaran, penelitian dari Northern Manhattan Stroke Study di Amerika menyebutkan, 53 persen laki-laki terkena stroke, sedangkan perempuan yang terkena stroke 47 persen.

Stroke sumbatan

Stroke sumbatan pada usia muda banyak disebabkan oleh kelebihan lemak (hiperlipidemia) dan kebiasaan merokok. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan, pada kurun 1997-2001 ditemukan empat penyebab utama stroke sumbatan pada orang berusia 18-45 tahun.

Dari 264 orang di Taiwan yang diteliti, Lee menemukan penyebab utama stroke sumbatan adalah kelebihan lemak (53,1 persen), merokok (49,8 persen), hipertensi (45,8 persen), dan riwayat stroke keluarga (29,3 persen). Pada stroke sumbatan, hipertensi menduduki urutan ketiga setelah kelebihan lemak dan merokok.

Menurut Salim, masyarakat Indonesia yang hidup di kota besar juga cenderung mengalami stroke akibat kelebihan lemak dari makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan merokok.

Kelebihan lemak terjadi karena biasanya kalangan remaja dan usia muda masih belum memerhatikan pola makanan sehat. Mereka terbiasa makan junk food yang mengandung banyak lemak dan rendah serat. Rokok juga menjadi gaya hidup sehari-hari agar dianggap lebih modern.

Salim mengatakan, ada tiga komponen yang bisa memicu stroke di usia muda, yaitu perilaku, penyakit yang diturunkan seperti hipertensi, dan anomali perkembangan pembuluh darah, seperti aneurisma. Dari ketiga komponen itu, kita hanya bisa mengubah perilaku menjadi bergaya hidup sehat agar terhindar dari stroke.

Mengelola stres

Perubahan perilaku ini termasuk mengelola stres. Menurut Salim, stres bisa memicu stroke karena stres meningkatkan adrenalin. Adrenalin akan memacu tubuh untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari pembakaran lemak.

Pembakaran lemak akibat stres ini akan menyebabkan kadar lemak dalam darah menjadi tinggi. Pasalnya, kendaraan pengangkut untuk membuang lemak, yaitu high density lipoprotein (HDL/kolesterol baik) tidak ikut meningkat. Lemak menjadi "berkeliaran" di dalam darah.

Hal ini berbeda dengan pembakaran lemak karena olahraga. Aktivitas olahraga ikut meningkatkan kadar HDL dalam darah sehingga lemak yang terbakar akan dibuang keluar dari tubuh.

Menurut Salim, stres itu gaya hidup. Oleh karena itu, sejak muda jangan dibiasakan emosional, gampang tersinggung, hidup serba terburu-buru, mudah panik, atau membesar-besarkan masalah.

Sikap hidup yang ingin meraih segala sesuatu juga bisa memicu stres berkepanjangan. "Kalau lemak terbakar karena olahraga, itu bagus. Namun, kalau lemak terbakar karena stres, justru akan meningkatkan kolesterol," tutur Salim.

Gejala Umum Stroke

Stroke biasa disebut si pembunuh diam-diam. Penyakit ini menjadi pembunuh nomor tiga di Indonesia setelah jantung dan kanker.

Menurut dr Salim Harris, konsultan pembuluh darah otak FKUI, sebagian besar kasus stroke memang terjadi dengan sangat cepat. Serangannya mendadak dan bisa menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Dalam hitungan jam sampai 1-2 hari, stroke bisa bertambah parah akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati.

Meski sebagian kasus stroke tidak menimbulkan gejala, secara umum gejala stroke dapat diamati. Gejala itu antara lain hilangnya keseimbangan, pingsan, tidak mampu mengenali bagian tubuh, ada pergerakan yang tidak biasa, penglihatan ganda, hilangnya sebagian penglihatan dan pendengaran, bicara tidak jelas, dan kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi tubuh.

Pengentalan darah

Stroke sering kali dikaitkan dengan pengentalan darah. Menurut Salim Harris, pengentalan darah biasa terjadi pada orang lanjut usia. Namun, akibat pola makan yang tidak sehat, pengentalan darah bisa terjadi pada usia muda.

Salim menjelaskan, darah kental terjadi karena zat yang terlarut dalam cairan darah jumlahnya meningkat. Tubuh terdiri atas komponen air dan komponen sel darah. Jika jumlah sel darah meningkat, darah juga bisa mengalami pengentalan.

Penyebab lain pengentalan darah, antara lain, adalah kekurangan cairan, pola makan yang tidak sehat, misalnya banyak mengonsumsi makanan berlemak atau bisa juga karena menderita kelainan darah.

Seseorang yang malas minum berisiko mengalami pengentalan darah. Normalnya seseorang harus mengonsumsi dua liter atau delapan gelas air sehari. Air itu digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang lewat keringat, air seni, dan buang air besar. Jika pasokan air kurang, tubuh akan menyeimbangkan diri dengan "menyedot" cairan dari organ tubuh yang ada, termasuk dari cairan darah.

Pengentalan darah yang terjadi akibat kurang minum itu membuat aliran darah menjadi berat. Akibatnya, pasokan oksigen ke otak berkurang. Hal ini merupakan awal terjadinya stroke.

Untuk mencegah terjadinya pengentalan darah, sebaiknya minum air minimal dua liter per hari, olahraga cukup, dan mengonsumsi makanan banyak serat untuk membantu mengikat dan membuang kolesterol.

Istirahat yang cukup bisa menurunkan pengentalan darah akibat stres. Stres bisa memicu pengentalan darah karena tubuh membakar lemak dalam tubuh tanpa disertai peningkatan high density lipoprotein (HDL/kolesterol baik) yang berfungsi membuang lemak. (Lusiana Indriasari/IND - kompas)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com